
Pembelajaran Fisika Asyik Bersama Jeungki Digital Aceh
Oleh : Qushalani*
Pendahuluan
Pendidikan abad ke-21 menuntut adanya integrasi teknologi digital dalam proses pembelajaran yang lebih dinamis dan responsif terhadap keragaman siswa. Di Indonesia, implementasi Kurikulum Merdeka menjadi salah satu wujud upaya menciptakan pembelajaran yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga penguatan karakter dan kompetensi numerasi serta literasi. Salah satu pendekatan yang relevan dalam konteks ini adalah Culturally Responsive Teaching (CRT), yang menekankan pada pentingnya budaya lokal sebagai landasan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini menghargai keanekaragaman budaya dan cara belajar siswa dari latar belakang yang berbeda.
Digitalisasi sekolah (Digsel) menawarkan solusi praktis untuk mengatasi tantangan dalam penerapan CRT, terutama dalam mata pelajaran seperti fisika yang menuntut pemahaman konseptual dan keterampilan numerasi tinggi. Pembelajaran berdiferensiasi yang berlandaskan CRT dapat memanfaatkan platform digital, seperti Google Sites, untuk mengembangkan jurnal fisika yang berfokus pada peningkatan literasi dan numerasi sains. Digsel dengan konteks budaya lokal, seperti alat tradisional Jeungki Aceh, dapat menjadi jembatan antara teori fisika dan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran fisika berdiferensiasi dengan pendekatan CRT melalui digitalisasi sekolah menggunakan Google Sites sebagai jurnal fisika, dengan alat Jeungki Aceh sebagai konteks budaya lokal yang diterapkan.
Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang menyesuaikan proses, konten, dan hasil belajar dengan kebutuhan individu siswa. Pembelajaran ini memberikan ruang kepada siswa dengan berbagai kemampuan, gaya belajar, dan latar belakang untuk belajar sesuai kapasitas mereka. Dalam implementasinya, pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) menempatkan budaya lokal sebagai salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. CRT membantu siswa mengaitkan konsep-konsep akademik dengan pengalaman dan budaya mereka sendiri, sehingga proses belajar menjadi lebih relevan dan bermakna.
Dalam pembelajaran fisika, alat tradisional Jeungki dari Aceh—sebuah alat untuk menumbuk padi—dapat diintegrasikan sebagai konteks budaya lokal. Dengan pendekatan CRT, alat ini dapat dijadikan contoh dalam menjelaskan konsep-konsep fisika seperti gaya, energi, dan torsi. Dengan cara ini, siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan, karena mereka dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Langkah-Langkah Pembelajaran Fisika Berdiferensiasi melalui Digitalisasi Sekolah (Digsel)
Berikut adalah langkah-langkah sistematis dalam pembelajaran fisika dengan pendekatan CRT melalui digitalisasi sekolah menggunakan Google Sites sebagai platform jurnal fisika.
1. Persiapan
a. Analisis Kebutuhan Siswa
Sebelum memulai pembelajaran, guru harus melakukan analisis kebutuhan siswa. Ini meliputi analisis kemampuan awal siswa, gaya belajar, serta latar belakang budaya mereka. Informasi ini dapat diperoleh melalui survei, diskusi kelompok, atau asesmen awal. Data ini penting untuk menentukan strategi diferensiasi yang sesuai dan memastikan pembelajaran yang inklusif.
b. Pemilihan Alat dan Media Pembelajaran
Dalam konteks ini, alat tradisional Jeungki Aceh dipilih sebagai objek kajian untuk mengaitkan konsep fisika dengan budaya lokal. Selain itu, platform Google Sites digunakan sebagai media untuk membuat jurnal fisika digital, di mana siswa dapat mendokumentasikan proses belajar mereka secara terstruktur.
2. Pengembangan Konten Materi Fisika
a. Pemilihan Topik Fisika yang Relevan
Topik yang relevan dalam pembelajaran ini adalah gaya dan energi, di mana Jeungki Aceh digunakan sebagai ilustrasi nyata. Siswa akan belajar tentang cara kerja alat ini dalam menumbuk padi, kemudian mengaitkannya dengan konsep gaya (gaya tekan) dan energi mekanik.
b. Pembuatan Materi Interaktif di Google Sites
Guru membuat halaman jurnal di Google Sites yang memuat materi fisika terkait, lengkap dengan gambar, video, dan simulasi sederhana tentang prinsip kerja Jeungki Aceh. Siswa dapat mengakses halaman ini sebagai referensi selama pembelajaran. Google Sites memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri, dengan fitur yang mendukung pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik.
3. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendekatan Differensiasi Konten
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kemampuan dan gaya belajar mereka. Masing-masing kelompok akan diberi tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka, seperti mengamati alat Jeungki secara langsung atau melalui video, membuat perhitungan fisika sederhana, dan mendiskusikan aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari.
b. Diskusi Kelompok dengan Pendekatan CRT
Setiap kelompok mendiskusikan hasil pengamatan mereka terhadap Jeungki Aceh, kemudian mengaitkannya dengan konsep fisika yang telah dipelajari. Guru berperan sebagai fasilitator, membantu siswa menghubungkan antara budaya lokal dengan konsep ilmiah. Siswa juga diberi kebebasan untuk mengaitkan konsep ini dengan budaya atau pengalaman pribadi mereka.
c. Penyusunan Jurnal Fisika di Google Sites
Setelah diskusi, setiap kelompok siswa akan membuat laporan hasil pembelajaran mereka dalam bentuk jurnal digital di Google Sites. Jurnal ini berisi penjelasan konsep fisika, observasi terhadap Jeungki, serta refleksi siswa tentang apa yang mereka pelajari dan bagaimana konsep tersebut relevan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
4. Asesmen dan Umpan Balik
a. Asesmen Berbasis Proyek (Project-Based Assessment)
Asesmen dalam pembelajaran ini dilakukan melalui proyek jurnal digital yang dikerjakan siswa. Guru menilai kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep fisika dengan alat Jeungki Aceh serta keterampilan mereka dalam membuat jurnal di Google Sites. Asesmen ini bersifat formatif, di mana siswa menerima umpan balik selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Umpan Balik Kritis dan Pengayaan
Guru memberikan umpan balik secara langsung terhadap hasil karya siswa di Google Sites. Siswa yang membutuhkan pengayaan dapat diberikan tugas tambahan, seperti menganalisis alat tradisional lain yang relevan atau membuat simulasi fisika yang lebih kompleks.
Kesimpulan
Pembelajaran fisika dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching melalui digitalisasi sekolah memberikan ruang bagi siswa untuk belajar dengan cara yang lebih bermakna dan relevan. Integrasi alat tradisional Jeungki Aceh sebagai konteks budaya lokal dalam pembelajaran fisika membantu siswa menghubungkan konsep ilmiah dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga literasi dan numerasi sains meningkat secara signifikan. Selain itu, penggunaan Google Sites sebagai jurnal fisika digital mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar.
Pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan CRT ini mampu menjawab tantangan keragaman siswa di kelas, memaksimalkan potensi mereka, serta mendorong terciptanya pengalaman belajar yang inklusif dan berkesan. Melalui pembelajaran ini, siswa tidak hanya memahami konsep fisika, tetapi juga belajar untuk menghargai budaya lokal dan memanfaatkan teknologi digital dalam proses belajar.
*Qusthalani, Guru SMAN 1 Matangkuli Aceh Utara