Di zaman revolusi industri 4.0, kita sebagai guru atau pendidik dihadapkan pada permasalahan krisis moral anak bangsa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari generasi muda sekarang mengikuti tren budaya dari luar tanpa terlebih dahulu mengkaji ulang dan menyesuaikan serta menyaring budaya tersebut ditambah lagi dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap perkembangan karakter anak. Untuk itu, kita sebagai pendidik perlu menerapkan kembali budaya positif pada anak di lingkungan sekolah agar nantinya mereka mampu menyaring dampak negatif dari budaya luar tersebut.
Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah. Budaya positif tersebut berisi kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman serta keberpihakan pada anak. Beberapa nilai dari beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia yang dapat diintegrasikan di sekolah adalah pembiasaan salam 2P1K (penghormatan, penghargaan dan keberkahan). Filosofinya adalah penghormatan “mencium punggung tangan”, penghargaan “mencium telapak tangan” dan keberkahan “menaruh tangan di atas kepala murid”. Melakukan pembiasaan do’a sebelum dan sesudah pembelajaran serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Upaya dalam menanamkan budaya positif di sekolah, guru memiliki peran sentral yaitu posisi kontrol guru sebagai manajer dalam menerapkan budaya positif. Guru juga berperan sebagai motivator dan inspirator dalam menumbuhkan budaya positif sehingga nantinya guru akan menjadi “ing ngarso sung tulodho” dan menjadi agen transformasi perubahan untuk mewujudkan murid yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila. Dalam menciptakan budaya positif, guru tentunya harus bekerjasama dengan warga sekolah dalam hal ini kepala sekolah, rekan-rekan guru dan juga murid serta melibatkan orangtua dan masyarakat sekitar. Adanya kolaborasi antara pihak sekolah dengan masyarakat dalam menjalankan buaday positif dapat menciptakan karakter murid yang memiliki nilai-nilai pelajar Pancasila.
Adapun hasil aksi nyata dari kegiatan tersebut adalah:
a. Siswa secara sadar melakukan pembiasaan salam 2P1K
b. Siswa membudayakan do’a bersama
c. Siswa mebudayakan sholat dhuha bukan hanya di sekolah tetapi juga di rumah
KEGAGALAN DAN KEBERHASILAN
KEGAGALAN
Motivasi intrinsik dari beberapa siswa untuk sadar dan tergerak sendiri dalam melakukan pembiasaan-pembiasaan pada kegiatan aksi nyata.
KEBERHASILAN
Mampu menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan pada siswa sehingga menjadi sebuah pembiasaan dan akhirnya menjadi budaya positif bukan hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan masyarakat.
RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG
Terus menggerakkan rekan-rekan guru untuk menerapkan posisi kontrol dalam menumbuhkan motivasi intrinsik siswa dan menciptakan budaya positif di sekolah serta terus membangun kolaborasi demi terwujudnya budaya positif